Oleh: Indonesian Children | Maret 26, 2010

Dicurigai Pemirsa Timur Tengah, Obama Gunakan Media Arab

 Dicurigai Pemirsa Timur Tengah, Obama Gunakan Media Arab

Dalam wawancara televisinya yang pertama sebagai presiden, Barack Obama memilih untuk berbicara pada dunia Arab melalui Al Arabiya, sebuah kanal berita yang berbasis di Dubai. Ia ditonton oleh 13 juta pemirsa Arab. Keputusan itu signifikan untuk dua alasan. Pertama, menekankan prioritas tinggi yang diberikan oleh pemerintahan baru dalam meningkatkan hubungan antara AS dan Timur Tengah. Dan kedua, karena hal itu menunjukkan bahwa Gedung Putih kurang percaya terhadap kanal berita berbahasa Arab milik pemerintahannya sendiri, Al Hurra.

Langkah pemerintahan Obama ini adalah simbol meluasnya kegagalan kanal televisi berbahasa Arab yang dimiliki oleh Barat untuk menjadikan dirinya sebagai sumber berita yang kredibel begi pemirsa Timur Tengah yang hidup dalam rezim diktator. Namun, mereka tidak menonton stasiun berita yang didanai pemerintah Barat sebesar ratusan juta dolar tiap tahun (BBC berbahasa Arab, Al Hurra Amerika, France 24 berbahasa Arab, dan Welle Arabia Belanda).

Tujuan dari kanal-kanal itu untuk memenangkan pertarungan atas “hati dan pikiran” kaum Arab yang masih belum menampakkan hasil. Mereka tidak memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari 320 juta pemirsa Arab. Entah mereka harus mengalami reformasi yang dramatis, atau pemerintah yang mempromosikan mereka harus berhenti membuang-buang uang para wajib pajak.

Para pemirsa Timur Tengah menyambut televisi Amerika dan Eropa berbahasa Arab dengan penuh curiga. Mereka mencurigai kanal tersebut menyembunyikan agenda Barat di balik acara-acaranya, terutama jika isu yang dibahas bermuatan politik. Persepsi ini mencerminkan ketidakpercayaan terhadap kebijakan asing di Timur Tengah dan seringkali tampak masuk akal jika kita mengikuti apa yang disiarkan oleh kanal-kanal itu.

Contoh paling jelas adalah Al Hurra, yang berarti “Sang Bebas” dalam bahasa Arab. Dibangun lima tahun lalu di era pemerintahan Bush, mandat Al Hurra adalah untuk meningkatkan citra AS dan mempromosikan nilai-nilainya di Timur Tengah. Namun, standar jurnalismenya jauh di bawah tingkat kanal-kanal besar AS, dan pendirian editorialnya terhadap konflik Palestina cenderung memihak pada Israel.

Al Hurra juga menyensor suara-suara utama mengenai sejumlah isu yang berpusat pada sudut pandang dunia Arab. Bagaimana mungkin seseorang mengharapkan pemirsa Arab menonton Al Hurra ketika, contohnya, kanal tersebut tidak pernah menyiarkan ceramah oleh Hassan Nasrallah padahal penampilan pemimpin Hizbullah itu ditayangkan secara langsung di kanal-kanal berita berbahasa Arab lainnya.

Hasilnya adalah, rating pemirsa Al Hurra kini kurang dari 3% dan turun hingga di bawah 2% di saat krisis.

Inggris, yang memiliki pengalaman panjang di Timur Tengah, meluncurkan sebuah kanal berbahasa Arab di awal tahun 1990an. Menyusul kemunduran awal dengan lepasnya dukungan finansial Saudi terhadap inisiatif itu (mereka berbeda pendapat tentang editorial kanal), BBC membuat upaya kedua dan membangun BBC Arabic di tahun 2008, kali ini dengan pendanaan internal.

Seperti halnya Al Hurra, BBC Arabic gagal memapankan dirinya dengan pemirsa Arab. Kanal berita internasional lainnya, seperti Al Arabiya, memperoleh popularitas berkat liputan ekslusif dari Kabul tahun 2001. Namun, BBC Arabic melewatkan kesempatan dalam konflik Gaza di akhir 2008, awal 2009, untuk menonjolkan kanalnya. Konflik tersebut memecah stasiun televisi Arab dan pemirsanya segaris dengan perpecahan Palestina. Liputan Al Jazeera mendukung gerakan Hamas secara lirikal dan penyampaian kisah secara emosional, sementara Al Arabiya berpihak pada Fatah.

Ada kesenjangan yang begitu jelas di dalam pasar, dan BBC Arabic seharusnya dapat memisahkan dirinya dengan liputan berita dan konten faktual yang tidak memihak secara politis. Namun mereka gagal dengan hanya memberikan liputan aman dari luar zona perang.

Untuk memahami apa yang dapat dilakukan BBC Arabic secara berbeda, kita hanya perlu melihat pendatang baru lain yang berhasil melaporkan konflik Gaza, yaitu Al Jazeera berbahasa Inggris, satu perusahaan dengan Al Jazeera berbahasa Arab. Diluncurkan bulan November 2006, Al Jazeera Inggris menayangkan kisah-kisah eksklusif dari koresponden yang berada di dalam Gaza, di mana para jurnalis tidak diberi akses oleh tentara Israel. Bahkan, seorang diplomat top Uni Eropa mengakui, “Kami hanya dapat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di dalam Gaza berkat Al Jazeera berbahasa Inggris.”

Dunia berbahasa Arab memerlukan liputan seperti yang disediakan oleh Al Jazeera berbahasa Inggris. Untuk memenuhi kebutuhan itu, pemerintah Barat harus melakukan lebih banyak dari sekedar mengucurkan uang ke mesin propaganda seperti Al Hurra. Kanal-kanal berbahasa Arab yang dikelola oleh negara-negara Barat harus memelihara standar tinggi jurnalisme, memberikan liputan yang berimbang dan mencakup berita-berita tak disensor tentang subyek-subyek kontroversial yang penting bagi pemirsa Arab, seperti Hamas dan Hizbullah. Ini adalah satu-satunya cara untuk memperluas pemirsa di dunia Arab. (rin/me)

Audi Yudhasmara

THE TRUTH ISLAMIC RELIGION : Islam is Peace and Love, Yudhasmara Publisher

Jl Taman Bendungan Asahan 5 Jakarta Pusat Phone : (021) 70081995 – 5703646

email : judarwanto@gmail.com 

https://thetruthislamicreligion.wordpress.com/

 

 

 

 

Copyright © 2010, The Truth Islamic Religion  Network  Information Education Network. All rights reserved


Tinggalkan komentar

Kategori